Teknologi Operasi Mata Berbasis AI: Membawa Penglihatan Lebih Baik

Seorang wanita dengan gangguan penglihatan yang sebelumnya dianggap buta secara hukum kini memiliki penglihatan lebih baik dari 20/20 setelah menjalani prosedur bedah laser canggih berbasis kecerdasan buatan (AI). Patricia Gonçalves, 31 tahun, asal Portugal, menjadi orang pertama di Inggris yang menjalani prosedur inovatif ini di sebuah klinik swasta di London.

Teknologi Revolusioner "Eyevatar"

Prosedur yang dijalani Gonçalves menggunakan teknologi "Eyevatar," sebuah inovasi yang menggabungkan pemindaian mata presisi tinggi dengan simulasi digital berbasis AI. Dalam proses ini, mata pasien dipindai untuk menciptakan replika digital tiga dimensi yang disebut "kembaran digital" atau digital twin. Teknologi AI kemudian mensimulasikan ribuan pancaran laser pada replika ini untuk menentukan pendekatan optimal dalam memperbaiki penglihatan pasien.

Proses ini, yang hanya memakan waktu sekitar 10 menit untuk pemindaian, menghasilkan data yang sangat akurat untuk mengurangi point spread function (PSF), atau distorsi gambar pada retina. Hasilnya, penglihatan pasien diperbaiki dengan presisi yang belum pernah dicapai sebelumnya.

Perjalanan Gonçalves Menuju Penglihatan Sempurna

Gonçalves telah mengenakan kacamata sejak usia lima tahun karena astigmatisme dan rabun jauh yang ekstrem. Tanpa bantuan optik, ia tidak dapat melihat huruf besar "E" pada puncak bagan uji mata. Namun, setelah menjalani operasi senilai £6.500 di Focus Clinics London oleh dokter bedah mata terkemuka, David Allamby, penglihatannya meningkat drastis. Kini, Gonçalves memiliki penglihatan 20/16, lebih tajam daripada standar 20/20 yang dianggap normal.

“Allamby menjelaskan bahwa penglihatan terbaik Gonçalves sebelum operasi adalah lebih buruk dari 20/200. Dengan kacamata, penglihatannya hanya mencapai 20/20. Namun, setelah prosedur ini, ia dapat membaca satu baris lebih jauh pada bagan uji mata, sesuatu yang luar biasa,” ujar Allamby.

Sebagai informasi, penglihatan orang normal adalah 20/20. Pasca operasi, penglihatan Gonçalves menjadi 20/16, artinya, Gonçalves dapat melihat objek berjarak 20 kaki sebaik orang yang melihatnya dari jarak 16 kaki.

Data Klinis yang Menggembirakan

Hasil uji klinis terhadap 200 orang yang menggunakan teknologi ini menunjukkan bahwa seluruh pasien memiliki penglihatan lebih baik dari 20/20 tiga bulan pascaoperasi. Bahkan, satu dari 12 pasien mencapai penglihatan 20/10, yang disebut sebagai batas maksimum kemampuan mata manusia.

Prosedur ini juga telah digunakan di Tiongkok dan Australia sebelum diperkenalkan di Inggris. Teknologi ini dirancang untuk mengatasi berbagai masalah optik yang biasanya membuat gambar pada retina terdistorsi. Dengan mensimulasikan ribuan kombinasi laser pada kembaran digital, teknologi ini memberikan hasil yang sangat personal dan presisi.

Masa Depan Penglihatan dengan Teknologi AI

Gonçalves, yang baru saja menyelesaikan gelar master di Universitas Oxford, menyatakan kegembiraannya atas hasil operasi tersebut. "Saya telah lama kesulitan memakai lensa kontak karena astigmatisme, dan penglihatan malam saya juga buruk. Dengan teknologi ini, saya akhirnya bisa melihat dengan sangat jelas," katanya.

Keberhasilan ini menjadi tonggak penting dalam dunia medis, terutama dalam bidang oftalmologi. Prosedur berbasis AI ini tidak hanya menawarkan solusi bagi pasien dengan gangguan penglihatan yang kompleks, tetapi juga membuka jalan bagi inovasi lebih lanjut di masa depan.

Komentar